Musyrikin Babilonia memuja matahari sebagai dewa, dan musyikin Roma juga memuja matahari. Gereja Katolik Roma, dengan bantuan Konstantin, mengubah hari kebaktian dari hari Sabtu ke Minggu (Sunday = hari Matahari) dan biasanya menggunakan lambang dan gambaran matahari. Pada hari itu, para hakim dan semua penduduk kota dibiarkan beristirahat dalam rangka memulyakan matahari.
Naskah kuno Justinianus mengatakan bahwa pada hari yang digunakn untuk memuliakan matahari, dibiarkanlah para hakim beristirahat, dan dibiarkan semua tempat kerja tertutup. Namun di negeri itu, orang-orang yang terlibat dalam pertanian boleh dengan bebas dan dengan sah melanjutkan pekerjaan mereka; sebab biasanya pada hari berikutnya itu tidak terlalu bagus untuk menanam anggur.
Di samping kiri ini adalah suatu tablet dari awal abad ke 9 SM yang melukiskan Dewa Matahari Babilonia, yang bernama Shamash, duduk di sisi kanan, memegang lencana kekuasaannya, sebuah tongkat dan cincin, dan raja dengan dua penjaga pada sisi kiri. Di tengah, pada suatu altar, adalah matahari dengan 4 sinar utama ditambah dengan sinar yang berombak kecil diantara sinar-sinar utama itu. Klik gambar tersebut, dan Anda akan masuk ke Musium Britania, di mana Anda dapat melihat dan membaca tulisan sekitar tablet ini yang melukiskan dewa matahari, Shamash.
Lambang tersebut nampak lagi pada Paus. Perhatikan salib hitam kecil pada bahunya (bandingkan juga dengan gambar di bawah), pada apa yang disebut Pallium: �Pallium modern adalah suatu pita melingkar selebar kira-kira dua inci, dikenakan di leher, dada, dan bahu, dan mempunyai dua pendant, satu tergantung di depan dan satu di belakang�. Ornamen pallium terdiri dari enam salib hitam kecil� di dada, di punggung, bahu kiri dan kanan, dan pada pendant yang di depan dan di belakang.�
Di bawah pada sisi kiri adalah suatu batu Neo-Asyiria (stele/stela) bertanggal sekitar 824-811 SM, yang melukiskan Raja Shamshi-Adad V. Perhatikan kalung yang dikenakan Raja. Padanya terdapat apa yang saat ini disebut Salib Maltese. Dua ribu delapan ratus (2.800) tahun yang lalu, bentuk itu adalah simbol pemujaan matahari.
Dewasa ini, Paus memakai lambang yang serupa di sekitar leher dan
dadanya, pada Pallium, yang mana Paus juga menganugerahkannya kepada
uskup terpilih sebagai ornamen, dan ini juga dikenakan oleh uskup besar
dan uskup sebagai lambang otoritas mereka, berasal dari kesatuan dengan
Paus. Paus juga mempunyai suatu tongkat dan cincin otoritas, sungguh
serupa dengan lukisan dewa matahari Shamash pada Tablet Babilonia yang
ditunjukkan sebelumnya.
Perhatikan tangan Raja Asyur Nasir Pal II yang lebih rendah pada stele
di atas. Pada pergelangan tangannya terdapat lambang pancaran matahari.
Pada sisi kanan, pancaran matahari musyrik itu terdapat pada sarung
tangan Sri Paus Yohanes XXIII.
Lukisan raja pagan pada batu stela di atas,
menunjukkan suatu potongan kain (lappet) menggantung dari belakang tutup
kepala itu. Lappet ini juga terlihat pada tiara kepausan, seperti
ditunjukkan pada gambar di atas.
Dagon Ibrani
Dagown, daw-gohn�; dewa ikan; Dagon, dewa orang Palestina kuno: Dagon. Dagon berarti �seekor ikan�. Dewa kesuburan Palestina kuno; dilambangkan dengan tangan dan wajah seorang laki-laki dan ekor ikan
Bentuk seperti ikan adalah suatu lambang kesuksesan, dan sepertinya diadopsi oleh suku bangsa yang berlayar di laut di dalam menggambarkan dewa mereka. Roma, yang dapat menaklukkan laut dengan mudah, mengadopsi agama misteri dari orang Palestina. Di sini kita melihat ukiran dan diagram pendeta Dagon dan topi kepala ikan mereka di samping gambar Sri Paus dengan topi kepala ikan yang sama. Ukiran pada sisi kiri menunjukkan pendeta Dagon yang mencipratkan air suci.
Ini adalah Sri Paus Yohanes Paulus II yang memegang apa yang disebut Monstran atau Ostensorium. Gereja Katolik Roma mengakui Monstran sebagai pancaran matahari.
Paus Gregorius XIII mengusulkan penanggalan Gregorian melalui Gereja Katholik/ Konstantin dalam perintah keempat mengenai hari sabat yang diubah menjadi hari Minggu. Cukup menarik, sedikitnya dua Paus menggunakan ular naga pada perisai mereka dan salah satunya, secara kebetulan adalah Sri Paus Gregorius XIII.
(Gambar di kanan melukiskan lambang Gregorius XIII. Ini dapat ditemukan di atas pintu galeri peta, di Vatican.)
Kitab Wahyu pasal 13
13:1 Lalu aku melihat seekor binatang keluar dari
dalam laut, bertanduk sepuluh dan berkepala tujuh; di atas
tanduk-tanduknya terdapat sepuluh mahkota dan pada kepalanya tertulis
nama-nama hujat.
13:2 Binatang yang kulihat itu serupa dengan macan tutul, dan kakinya
seperti kaki beruang dan mulutnya seperti mulut singa. Dan naga
itu memberikan kepadanya kekuatannya, dan takhtanya dan
kekuasaannya yang besar.
13:3 Maka tampaklah kepadaku satu dari kepala-kepalanya seperti kena
luka yang membahayakan hidupnya, tetapi luka yang membahayakan hidupnya
itu sembuh. Seluruh dunia heran, lalu mengikut binatang itu.
13:4 Dan mereka menyembah naga itu, karena ia memberikan kekuasaan
kepada binatang itu. Dan mereka menyembah binatang itu, sambil berkata:
�Siapakah yang sama seperti binatang ini? Dan siapakah yang dapat
berperang melawan dia?�
13:5 Dan kepada binatang itu diberikan mulut, yang penuh kesombongan dan
hujat; kepadanya diberikan juga kuasa untuk melakukannya empat puluh dua
bulan lamanya.
13:6 Lalu ia membuka mulutnya untuk menghujat Allah, menghujat nama-Nya
dan kemah kediaman-Nya dan semua mereka yang diam di sorga.
Wahyu 17:4 Dan perempuan itu memakai kain ungu dan kain kirmizi yang dihiasi dengan emas, permata dan mutiara, dan di tangannya ada suatu cawan emas penuh dengan segala kekejian dan kenajisan percabulannya.
Wahyu 18:3 karena semua bangsa telah minum dari anggur hawa nafsu cabulnya dan raja-raja di bumi telah berbuat cabul dengan dia, dan pedagang-pedagang di bumi telah menjadi kaya oleh kelimpahan hawa nafsunya.�
Kepausan adalah lembaga pengkhianatan kepada Allah Yang Maha Esa. Mereka berpura-pura membawa manusia kepada agama yang benar, padahal mereka adalah srigala-srigala yang menyesatkan manusia dari jalan Allah yang lurus. Para pemimpin dunia telah meminum ajaran bathil si pengkhianat demi kekuasaan dan kekayaan duniawi.
Kepausan merupakan lembaga yang dibangun para masonic. Mereka adalah tukang batu yang telah menolak untuk mengakui Ismail sebagai keturunan Nabi Ibrahim, yang darinya lahirlah batu penjuru, Nabi Muhammad SAW. Kepausan telah dengan arogan menghina manusia kudus pilihan Allah, Nabi Muhammad SAW.
Sebagian orang mungkin menyangkal artikel ini. Mereka berkata bahwa ini hanyalah tipuan klasik. Tetapi mereka tidak bisa membuktikan tuduhan mereka itu. Mereka juga tidak bisa menyanggah tulisan ini dengan alasan yang dapat diterima. Fakta-fakta yang ditampilkan dalam tulisan ini baru sebagian kecil dari bukti kesesatan Kristen. Ketika digabungkan dengan fakta-fakta lainnya, akan terlihat jelas gambaran utuh dari kesesatan Kristen itu, hingga mereka tidak punya pilihan lain, kecuali mengakui kesesatan Kristen.
Akhirnya, tidak ada keselamatan di luar Islam. Tidak ada agama yang diakui Allah, kecuali Islam. Masuklah ke dalam Islam, maka Anda terselamatkan dari para pengkhianat Allah.