Nabi Muhammad Saw. Dihina Lagi!
Politik
,
Budaya
February 19th, 2008
Print
[EDISI 393] Atas nama kebebasan, Islam dan Rasulullah saw. kembali
dihina. Pada tahun 2005 lalu, Koran Jyllands-Posten Denmark menerbitkan
kartun-kartun Kanjeng Nabi Muhammad saw. Dalam kartun itu digambarkan
Rasulullah saw. membawa pedang dan menenteng �bom�. Bahkan dalam salah
satu kartunnya, Rasulullah saw. digambarkan sebagai orang yang bersorban,
dan di sorbannya terselip bom (terlihat dari bentuk dan sumbunya). Lalu,
Januari 2006 kartun-kartun itu dimuat di media massa Norwegia. Bahkan
karikatur-karikatur tersebut muncul di berbagai koran harian Prancis,
seperti France Soir.
Kasus tersebut mencuat lagi setelah Badan Intelijen Denmark, PET
(12/2/2008), mengklaim berhasil mengagalkan sebuah rencana pembunuhan
terhadap kartunis Kurt Westergaard, yang menggambar kartun Nabi Muhammad
itu. Keesokan harinya (13/2/2008), karikatur yang melecehkan dan
menghina Islam tersebut dimuat kembali oleh sebelas media massa
terkemuka di Denmark dan televisi nasional, termasuk Koran
Jyllands-Posten. Sedikitnya tiga harian di Eropa, yaitu di Swedia,
Belanda dan Spanyol, juga mencetak karikatur penuh kebencian itu.
Anehnya, pada 13/2/2008, orang nomor satu PET, Jacob Scharf, segera
membebaskan para tersangka dari tuduhan itu. Pihak berwenang tidak
membeberkan bukti yang mendukung tuduhan mereka, tetapi kemudian dengan
mudah melepas mereka. Ini menunjukkan ada upaya sengaja untuk menghina
Islam dan Rasul-Nya dengan justifikasi klaim bohong tersebut.
Dulu, tahun 2005, pemerintah Denmark merestui penghinaan tersebut. Kala
itu, Pemerintah Denmark lewat PM Anders Fogh Rasmussen membela koran
dengan alasan hak kebebasan berbicara. Kini, alasan yang sama
disampaikan. �Kami tidak meminta maaf bagi kebebasan berbicara,� ujar
Soevndal, pemimpin Partai Rakyat Sosialis, seperti dikutip BBC, Minggu
(17/2/2008).
Kebebasan hanyalah kedok. Intinya adalah kebencian. Tengoklah ucapan
Kurt Westergaard, kartunis yang menggambar kartun Nabi itu, kepada
Berlingske Tidende, Rabu (13/2), �Dengan kartun ini saya ingin
menunjukkan bagaimana fanatiknya Islam fundamental atau teroris
menggunakan agama sebagai jenis senjata spriritual.�
Kebebasan Mereka adalah Kebencian
Kebebasan beragama dan kebebasan berbicara yang disembah oleh kalangan
sekular dan liberal merupakan penyakit berbahaya. Mereka tidak
membedakan mana kebebasan yang muncul dari fitrah manusia dan mana yang
justru merusaknya.
Realitas menunjukkan bahwa kebebasan beragama ada dua jenis. Kebebasan
jenis pertama adalah kebebasan untuk menganut agama dan menjalankan
ibadah sesuai dengan agamanya. Bentuk kebebasan demikian dijamin oleh
Islam. Allah SWT berfirman:
لاََ إِكْرَاهَ فِي الدِّينِ قَدْ تَبَيَّنَ الرُّشْدُ مِنَ الْغَيِّ
Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam). Sesungguhnya telah
jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. (QS al-Baqarah[2]:
256).
Kebebasan jenis ini muncul dari fitrah manusia untuk mensucikan sesuatu
yang dijadikan sesembahan (ghar�zah tadayyun).
Berbeda dengan itu, kebebasan jenis kedua merupakan kebebasan untuk
merusak agama, mengolok-olok dan menodai agama, atau meruntuhkan
bangunan agama. Kebebasan demikian sangat berbahaya dan menyalahi fitrah
manusia. Sebab, ia menggiring manusia pada pertentangaan dan perpecahan
masyarakat, bahkan dapat berujung pada porak-porandanya tatanan
masyarakat dan negara. Penghinaan terhadap Rasulullah kekasih kaum
Mukmin lewat kartun, penghinaan al-Quran dengan dimasukkan ke kloset
sebagaimana terjadi di Guantanamo, atau al-Quran dituduh sebagai The
Satanic Verses (ayat-ayat setan), pengakuan sebagai nabi/rasul baru
dalam Islam setelah Nabi Muhammad saw., meyakini buku Tadzkirah yang
memutarbalikkan al-Quran sebagai wahyu suci, dalam kasus Ahmadiyah, dll.
termasuk ke dalam kebebasan jenis ini. Kebebasan ini dilarang dalam
Islam. Tengoklah, Rasulullah saw. menyatakan Musailamah dan siapapun
yang mengaku nabi/rasul dan mengklaim menerima wahyu sesudah beliau
sebagai pendusta/al-kadzdzab (HR al-Bukhari dan Ahmad).
Setelah menelaah banyak hadis, Imam asy-Syaukani menukil pendapat para
fukaha, antara lain pendapat Imam Malik, yang mengatakan bahwa orang
kafir dzimmi seperti Yahudi, Nasrani dan sebagainya yang menghujat
Rasulullah saw., harus dijatuhi hukuman mati; kecuali jika mereka
bertobat dan masuk Islam. Adapun jika pelakunya seorang Muslim, ia harus
dieksekusi tanpa diterima tobatnya. Imam asy-Syaukani mengatakan bahwa
pendapat tersebut sama dengan pendapat Imam Syafii dan Imam Hanbali.
Kebebasan demikian lahir dari sekularisme, pluralisme dan liberalisme.
Kebebasan ini pulalah yang dipropagandakan oleh Barat dan orang Islam
yang membebek kepadanya. Tidaklah mengherankan, fakta menunjukkan
kebebasan liar seperti ini tidak akan dapat menyatukan manusia.
Kebebasan jenis kedua ini menimbulkan konflik di tengah-tengah
masyarakat. Penghinaan satu pihak terhadap pihak lain dibiarkan atas
nama kebebasan. Peradaban sekular telah gagal mewujudkan kedamaian dan
keharmonisan manusia.
Sayangnya, ada pihak yang disebut �tokoh� bahkan �tokoh Islam� yang
justru membela kebebasan jenis kedua itu. Dalihnya: kebebasan berbicara.
Mereka terjebak oleh slogan �Islam moderat� yang diusungnya. Padahal,
sadar atau tidak, tindakan mereka itu sedang menelikung Islam dan
merobohkan umatnya.
Sikap Penguasa vs Khalifah
Anehnya, mayoritas penguasa di Dunia Islam saat ini diam. Pemerintah
Indonesia pun tidak menganggap hal ini sebagai perkara penting. Buktinya,
tindakan paling ringan pun tidak mereka lakukan. Mereka tidak melakukan
kutukan, protes atau memanggil duta besar Denmark dan negara lain yang
terlibat penghinaan atas Islam. Bandingkan, jika kepala negara dihina,
segera pelakunya diprotes dan diadili. Padahal lebih mulia mana Nabi
Muhammad saw dibanding mereka? Namun, mengapa ketika Rasulullah saw.
dihina mereka diam saja? Dimana letak penghormatan dan kecintaan mereka
kepada Nabi Muhammad saw.? Bukankah Rasulullah saw. harus lebih dicintai
daripada keluarga, harta, diri sendiri, bahkan manusia secara
keseluruhan seperti ditegaskan dalam banyak hadis? Sikap seperti ini
bukanlah sikap penguasa Muslim, bertentangan dengan ajaran Islam dan
jauh dari sikap para khalifah kaum Muslim.
Dulu, Prancis pernah merancang untuk mengadakan pertunjukan drama yang
diambil dari hasil karya Voltaire. Isinya bertemakan �Muhammad atau
Kefanatikan�. Di samping mencaci Rasulullah saw., drama tersebut
menghina Zaid dan Zainab. Ketika Khalifah Abdul Hamid mengetahui berita
tersebut, melalui dutanya di Prancis, beliau segera memberikan ancaman
kepada Pemerintah Prancis supaya menghentikan pementasan drama tersebut.
Beliau mengingatkan bahwa ada tindakan politik yang akan dihadapi
Prancis jika tetap meneruskan dan mengizinkan pementasan tersebut.
Prancis akhirnya membatalkannya.
Tidak berhenti sampai di situ. Perkumpulan teater tersebut berangkat ke
Inggris. Mereka merencanakan untuk menyelenggarakan pementasan serupa.
Sekali lagi, Khalifah Abdul Hamid memberikan ancaman kepada Inggris.
Inggris menolak ancaman tersebut. Alasannya, tiket sudah terjual habis
dan pembatalan drama tersebut bertentangan dengan prinsip kebebasan
(freedom) rakyatnya. Perwakilan Khilafah Utsmaniyah di sana mengatakan
kepada Pemerintah Inggris bahwa Prancis telah menggagalkan acara
tersebut sekalipun sama-sama mengusung kebebasan. Pihak Inggris justru
menegaskan bahwa kebebasan yang dinikmati rakyatnya jauh lebih baik
daripada apa yang ada di Prancis. Setelah mendengar sikap Inggris
demikian, sang Khalifah menyampaikan, �Saya akan mengeluarkan perintah
kepada umat Islam dengan mengatakan bahwa Inggris sedang menyerang dan
menghina Rasul kita! Saya akan mengobarkan jihad akbar!�
Melihat keseriusan Khalifah dalam menjaga kehormatan Rasulullah saw.
tersebut, Pemerintah Inggris segera melupakan sesumbarnya tentang
kebebasan, dan pementasan drama itu pun dibatalkan (Lihat: Majalah al-Wa�ie,
No. 31, 2003).
Hakikat drama di atas dengan tema �Muhammad atau Kefanatikan� sama
dengan hakikat pembuatan kartun Nabi saw. saat ini. Lihatlah ungkapan
Kurt Westergaard, pembuat kartun-kartun itu, sekali lagi, �Dengan kartun
ini saya ingin menunjukkan bagaimana fanatiknya Islam fundamental atau
teroris menggunakan agama sebagai jenis senjata spriritual.� Isinya,
sama-sama mengusung tema, �Muhammad atau Kefanatikan�.
Semestinya, sikap penguasa dan para ulama dalam menyikapi karikatur/kartun
Nabi saw. juga sama dengan sikap Khalifah Abdul Hamid di atas.
Wahai umat Islam!Wahai umat Muhammad saw.!
Penghinaan terhadap Islam dan Rasulullah saw. terus berulang. Hal serupa
akan terus terulang hingga mereka tahu bahwa kita umat Muhammad saw.
memiliki benteng. Mereka tahu, penguasa saat ini bukanlah benteng bagi
umat. Benteng itu adalah Khalifah. Karena itu, Hizbut Tahrir bersama
dengan berbagai komponen umat terus berjuang mewujudkan Khilafah. Tanpa
Khilafah, kita akan terus diinjak-injak. Padahal kita adalah umat
terbaik. Lupakah kita akan firman Allah SWT:
كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ
وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللهِ
Kalian adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, melakukan amar
makruf nahi mungkar dan beriman kepada Allah. (QS Ali Imran [3]:110).
Karena itu, siapa pun yang menyerang pendirian khilafah yang jelas-jelas
telah membela Nabi dan Islam, hakikatnya sama dengan membiarkan Islam
dan Nabinya terus dinistakan. Mereka adalah bagian dari kaki tangan
orang kafir penjajah. []
Komentar al-islam:
Syaikh Qaradhawi Ajak Aktifkan Kembali Boikot Denmark (Hidayatullah.com,
18/2/2008).
Ajakan tersebut penting. Namun, menyeru para penguasa Muslim untuk
melancarkan jihad terhadap negara-negara kafir yang memusuhi Islam dan
umatnya jauh lebih penting.